Orang muda adalah solusinya
- katolikcast
- Sep 11, 2020
- 4 min read
Updated: Oct 1, 2020
Orang muda itu bukan sumber masalah, tapi justru solusi dari berbagai tantangan di dunia ini, kalau...

Dari waktu ke waktu, Tuhan memanggil orang muda untuk bergerak membawa pembaharuan. Lihat saja Yosua yang membawa bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian. Atau Samuel yang mendengar Tuhan memanggil namanya. Atau Gideon yang dipilih untuk memimpin 300 umat Allah menghancurkan ribuan pasukan musuh. Atau bayangkan Daud yang paling muda di antara saudaranya, namun justru dipilih Tuhan untuk mengalahkan raksasa Goliath.
Hari ini
Hari ini ada raksasa lain yang berdiri besar di hadapan sebuah generasi yang sedang memasuki ambang hari esok. Raksasa ini adalah apa yang disebut Hans Urs von Balthasar - seorang imam dan teolog dari Swiss, sebagai Ego-drama.
Ego-drama adalah hidup yang semuanya diarahkan dan diatur oleh diriku sendiri. Aku adalah penulis naskah drama hidupku sendiri, aku adalah sang pemeran utama, di panggung drama yang aku ciptakan sendiri. Aku menentukan apa yang baik dan benar menurutku sendiri, demi keuntungan dan kenyamananku semata. Ide di balik Ego-drama tidak jauh berbeda dari seruan Paus Emeritus Benediktus XVI tentang kediktatoran relativisme, yang mana setiap orang memiliki versi kebenaran sendiri-sendiri.
Ego-drama berarti pilihanku adalah yang paling benar karena aku yang paling tahu apa yang baik bagiku. Misalnya secara biologis aku ini laki-laki, tapi aku memilih untuk menjadi perempuan - karena ini yang membuatku merasa nyaman. Kenyamananku inilah yang paling benar. Atau menurutku pernikahan itu tidak ditentukan oleh gender, tapi oleh perasaan. Maka, bebas saja mau laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan dengan perempuan. Atau contoh lain; menurutku Tuhan itu tidak ada karena ada banyak penderitaan di dunia ini, dan ini tidak masuk akal. Kalau tidak masuk akalku, maka ini membuatku tidak nyaman, maka pastilah Tuhan itu tidak ada - karena cara pandang inilah yang nyaman bagiku. Pokoknya, akulah penentu semuanya, karena ini hidupku, dan aku bebas berbuat apa saja yang baik menurutku. Seorang pemeran Ego-drama mungkin akan dengan bangga bernyanyi "I did it my way..." seperti seruan Frank Sinatra.
Lawan dari ego-drama adalah Theo-drama. Dalam Theo-drama, Allah adalah penulis naskah hidupku. Di panggung kehidupan ini, Dia menentukan peran yang perlu aku jalani, mengajarkan apa yang benar dan salah, serta mengundang kita pada tujuan yang Ia tawarkan, demi mewujudkan kebenaran dan kesejahteraan bagi banyak orang.
Theo-drama berarti aku menyadari bahwa Sang Pencipta kehidupan memiliki wawasan yang lebih luas daripada aku. Maka, aku bersedia belajar akan apa yang baik dan benar seperti yang Tuhan ajarkan. Kalau sulit untuk paham, aku tidak langsung menolak atau membuat kesimpulan sendiri, tapi mencari tahu lebih jauh agar sungguh menjadi bijak. Theo-drama tidak dipenuhi oleh kehebatanku, agendaku, ataupun kenyamananku, tapi terbuka pada undangan Allah, demi tujuan yang lebih besar di luar diriku, yaitu kebaikan sesama. Misalnya, aku mungkin tidak nyaman menjalankan tanggungjawab tertentu, tapi tetap akan aku kerjakan karena membawa kebaikan bagi orang lain. Atau bisa juga, aku sungguh nyaman dengan keadaanku hari ini, tapi karena imanku mengajarkan hal yang berlawanan, maka aku bersedia belajar lebih jauh - dan bila memang terbukti aku salah, maka aku mau berubah serta mengurbankan kenyamananku demi apa yang benar. Aku percaya bahwa kalau aku sungguh hidup dalam kebenaran, maka Tuhan sanggup membawaku melalui drama kehidupan ini menuju kebahagiaan yang sejati - bukan kenyamanan instan hari ini saja.
Raksasa Ego-drama ini bukan saja dihidupi oleh orang muda, tapi juga oleh banyak para senior, yang justru memberi teladan bagi orang muda. Ini memang tantangan yang besar, seperti raksasa Goliat yang berdiri di hadapan pasukan Israel. Hanya saja, Goliat tidak kenal dengan Allah yang seringkali melakukan perkara ajaib melalui orang muda!
Mengubah Drama
Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 Tim 4:12)Jadi harus bagaimana? Seperti Tuhan memilih Gideon untuk menghadapai puluhan ribu pasukan musuh, atau Daud untuk menghadapi raksasa Goliat, Paulus justru memilih orang muda seperti Timotius untuk menjadi teladan kesucian bagi banyak orang.
Orang muda bukanlah perusak generasi ini! Orang muda adalah justru solusi terhadap tantangan yang ada hari ini. Kenapa? Karena kalau orang muda mengalami kasih, kebenaran, dan sukacita yang sejati, maka hidup mereka akan berubah - seperti Yosua, Samuel, Gideon, Daud, dan bahkan daftar panjang para kudus! Paus Emeritus Benediktus XVI berkata "..kebahagiaan yang kamu cari... memiliki nama dan wajah: Yesus dari Nazaret..." St. Yohanes Paulus II mengatakan "Yesuslah yang sesungguhnya kamu cari, waktu kamu memimpikan kebahagiaan..."
Maka mengubah wajah dunia dimulai dari orang muda yang berjumpa dengan pribadi Yesus. Perjumpaan yang sejati dengan Yesus selalu membawa perubahan hidup, dari ego-drama menuju Theo-drama, karena hanya di dalam Theo-drama kita menemukan kasih, kebenaran, dan sukacita yang sejati. Waktu orang-orang muda berubah, maka pilihan-pilihan mereka berubah, lalu keluarga dan pendidikan merekapun berubah, sekolah dan universitas berubah, Gereja berubah, industri profesional berubah, kota berubah, bangsa berubah, dan gerak duniapun berubah!
Seperti gelap selalu lenyap apabila terang datang, demikian juga kebohongan selalu kalah apabila kebenaran datang. Seperti Daud menumbangkan raksasa Goliath dengan sebuah batu, demikian orang muda akan menumbangkan kebohongan ego-drama dengan kasih dan kebenaran sejati yang dari Tuhan.
Tidak heran kalau Paulus berpesan pada Timotius “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu dan dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Tim 4:12). Mungkin Paulus juga tahu, bahwa orang-orang muda seperti Timotius inilah solusi yang akan menumbangkan raksasa-raksasa jaman kita. Atau orang-orang muda seperti Maria, yang rahimnya dipilih Allah menjadi Ruang Maha Kudus bagi sumber keselamatan bangsa-bangsa.
Young people are not the problem, they are indeed the solution!





Comments